LAPISAN DATA LINK
Lapisan data-link (data link layer) adalah lapisan kedua dari bawah dalam model OSI, yang dapat melakukan konversi frame-frame jaringan yang berisi data yang dikirimkan menjadi bit-bit mentah agar dapat diproses oleh lapisan fisik. Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah Wide Area Network (WAN), atau antara node di dalam sebuah segmen Local Area Network (LAN) yang sama. Lapisan ini bertanggungjawab dalam membuat frame, flow control, koreksi kesalahan dan pentransmisian ulang terhadap frame yang dianggap gagal. MAC address juga diimplementasikan di dalam lapisan ini. Selain itu, beberapa perangkat seperti Network Interface Card (NIC), switch layer 2 serta bridge jaringan juga beroperasi di sini.
Lapisan data-link menawarkan layanan pentransferan data melalui saluran fisik. Pentransferan data tersebut mungkin dapat diandalkan atau tidak. Beberapa protokol lapisan data-link tidak mengimplementasikan fungsi acknowledgment untuk sebuah frame yang sukses diterima, dan beberapa protokol bahkan tidak memiliki fitur pengecekan kesalahan transmisi (dengan menggunakan checksumming). Pada kasus-kasus tersebut, fitur-fitur acknowledgment dan pendeteksian kesalahan harus diimplementasikan pada lapisan yang lebih tinggi, seperti halnya protokol Transmission Control Protocol (TCP).
Tugas utama dari data link layer adalah sebagai fasilitas transmisi data mentah dan mentransformasi data tersebut ke saluran yang bebas dari kesalahan transmisi. Sebelum diteruskan ke Network Layer, lapisan data link melaksanakan tugas ini dengan memungkinkan pengirim memecah-mecah data input menjadi sejumlah data frame (biasanya berjumlah ratusan atau ribuan byte). Kemudian lapisan data link mentransmisikan frame tersebut secara berurutan dan memproses acknowledgement frame yang dikirim kembali oleh penerima. Karena lapisan fisik menerima dan mengirim aliran bit tanpa mengindahkan arti atau arsitektur frame, maka tergantung pada lapisan data-link-lah untuk membuat dan mengenali batas-batas frame itu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membubuhkan bit khusus ke awal dan akhir frame.
B. FUNGSI DAN MANFAAT
Fungsi dari lapisan data link adalah menyediakan layanan bagi lapisan jaringan. Layanannya yang penting adalah pemindahan data dari lapisan jaringan pada node sumber ke lapisan jaringan di pada node yang dituju. Tugas lapisan data link adalah menstransmisikan bit-bit ke komputer yang dituju, sehingga bit-bit tersebut dapat diserahkan ke lapisan jaringan.
Transmisi aktual yang mengikuti lintasan akan lebih mudah lagi jika dianggap sebagai proses dua lapisan data-link yang berkomunikasi menggunakan protokol data link. Lapisan data-link dapat dirancang sehingga mampu menyediakan bermacam-macam layanan. Layanan aktual yang ditawarkan suatu sistem akan berbeda dengan layanan sistem yang lainnya. Tiga layanan yang disediakan adalah sebagai berikut :
1. layanan unacknowledged connectionless
2. layanan acknowledged connectionless
3. layanan acknowledged connection-oriented
C. KOMPONEN LAPISAN DATA LINK
Sinkronisasi frame, data yang dikirimkan dalam bentuk blok disebut frame. Awal dan akhir suatu frame harus teridentifikasi dengan jelas.
Flow Control (kendali aliran), stasiun pengirim tidak harus mengirimkan frame lebih cepat dibanding stasiun penerima yang dapat menyerap frame-frame tersebut.
Error Control (kendali kesalahan), kesalahan-kesalahan bit yang diakibatkan oleh sistem transmisi harus diperbaiki.
Addressing (Pengalamatan), pada sebuah saluran multipoint, seperti LAN, indentitas dari dua buah stasiun yang berkomunikasi harus jelas.
Kontrol dan data pada link yang sama, biasanya tidak diperlukan informasi kontrol dalam sistem komunikasi yang terpisah, maka penerima harus dapat membedakan informasi kontrol dari data yang dikirimkan.
Link Management (managemen hubungan), inisiasi, pemeliharaan, dan penghentian dari suatu pertukaran data memerlukan korodinasi dan kerja sama yang baik antar stasiun. Oleh karena itu dibutuhkan prosedur manajemen untuk pertukaran ini.
D. PERANGKAT DATA LINK
Pada layer Data Link dapat digunakan bridge atau switch layer 2 pada segment LAN. Hubs dan repeater pada layer physical hanya bekerja untuk memperluas network. Dengan segmentasi, switch dan bridge membuat sebuah collision domain terpisah untuk setiap node, sehingga jumlah collision yang terjadi pada network dapat dikurangi dengan effektif.
Perlu diingat, collision domain adalah sekelompok node (mesin) yang berbagi media yang sama dan dipisahkan oleh switch atau bridge. Collision dapat terjadi jika 2 node berusaha melakukan transmisi bersamaan dalam satu collision domain. Karena itu diperlukan untuk menambah jumlah collision domain.
Minggu, 04 April 2010
Komunikasi Data oleh: Deni Hamdani Firdaus
STANDAR IEEE
1.IEEE 802.1x ?
IEEE 802.1x atau sering disebut juga “port based authentication” merupakan standar yang pada awal rancangannya digunakan pada koneksi dialup.
Tetapi pada akhirnya, standar 802.1x digunakan pula pada jaringan IEEE
802 standar. Pada laporan ini, dikhususkan penggunaan standar 802.1x
pada jaringan wireless ( 802.11a/b/g ). Berikut merupakan skema dasar dari standar 802.1x.
Gambar 1: Skema 802.1x
1. Bila ada WN (Wireless Node) baru yang ingin mengakses suatu LAN, maka access point (AP)
akan meminta identitas WN. Tidak diperbolehkan trafik apapun kecuali
trafik EAP. WN yang ingin mengakses LAN disebut dengan supplicant. AP pada skema 802.1x merupakan suatu authenticator. Yang dimaksud dengan authenticator disini adalah device yang mengeksekusi apakah suatu supplicant dapat mengakses jaringan atau tidak. Istilah yang terakhir adalah authentication server, yaitu server yang menentukan apakah suatu supplicant valid
atau tidak. Authentication server adalah berupa Radius server
[RFC2865]. EAP, yang merupakan protokol yang digunakan untuk
authentifikasi, pada dasarnya dirancang untuk digunakan pada PPP dialup.
Untuk lebih jelasnya nanti akan dijelaskan tentang EAP lebih lanjut.
2. Setelah identitas dari WN dikirimkan, proses authentifikasi supplicant pun dimulai. Protokol yang digunakan antara supplicant dan authenticator adalah EAP, atau lebih tepatnya adalah EAP encapsulation over LAN (EAPOL) dan EAP encapsulation over Wireless (EAPOW). Authenticator me-rencapsulation paket dan dikirimkan ke authentication server. Selama proses authentifikasi berlangsung, authenticator hanya merelaykan paket dari supplicant ke authentication server. Setelah semua proses selesai dan authentication server menyatakan bahwa supplicant valid, maka authenticator membuka firewall untuk supplicant tersebut.
3. Setelah proses authentifikasi selesai, supplicant dapat mengakses LAN secara biasa. Lalu mengapa disebut sebagai “port based authentication” ? Penjelasan adalah bahwa authenticator mengkontrol dua jenis port yaitu yang disebut dengan controlled ports dan yang disebut dengan uncontrolled ports. Kedua jenis port tersebut merupakan logikal port dan menggunakan koneksi fisikal yang sama.
Sebelum authentifkasi berhasil, hanya port dengan jenis uncontrolled yang dibuka. Trafik yang diperbolehkan hanyalah EAPOL atau EAPOW. Setelah supplicant melakukan autentifikasi dan berhasil, port jenis controlled dibuka sehingga supplicant dapat mengakses LAN secara biasa. IEEE 802.1x mempunyai peranan penting dari standar 802.11i.
2. Standar IEEE 802.2
Kita telah mengetahui bagaimana dua buah mesin dapat
berkomunikasi melalui sebuah saluran realiable dengan menggunakan
bermacam-macam protokol data link protokol-protokol ini menyediakan
kontrol error dan kontrol aliran pada standard IEEE 802.2 ini tidak
membahas mengenai komunikasi realiable dari semuanya LAN 802 dan
penawaran yang diberikan MAN merupakan layanan datagran yang terbaik
kadang - kadang layanan ini cukup adekuat. Misalnya untuk mengirimkan
paket IP, adanaya jaminan tidak diperlukan atau bahkan tidak diharapkan.
paket IP cukup disisipkan ke field payload 802 dan mengirimkannya bila
file load tersebut hilang, demikian pula yang terjadi pada paket
IP/IEEE telah mendefinisikan sistem yang dapat beroperasi pada puncak
semua protokol LAN 802 dan MAN. Selain itu protokol yang disebut LLC
(Logical Link Control ) ini menyembunyikan perbedaan yang terdapat pada
bermacam-macam jaringan 802 dengan menyediakan format tunggal dan
interface ke network layer, dengan MAC sublayer ada dibawahnya.LLC
menyediakan 3 pilihan layanan :
1. layanan diagram tidak reliable
2. layanan diagram beracknowledgement
3. layanan connection-oriented reliable
Header LLC didasarkan pada protokol HDLC yang lebih tua.
Berbagai macam format digunakan untuk data dan kontrol. Untuk datagram
beracknowledgement atau layanan connection-oriented, frame data berisi
alamat sumber, alamat tujuan, nomor urut, nomor acknowledgement,
beberapa bit untuk keperluan lain. Untuk layanan data tidak reliable,
nomor urut dan nomor acknowledgemnt bisa diabaikan.
3. Standard IEEE 802.3 ( ethernet)
Stadard
IEEE 802.3 ini ditujukan bagi LAN 1-persistent CSMA/cd untuk mengingat
kembali tentang ide ini , ketika stasiun akan melakukan transmisi,
stasiun mendengarkan kabel. Bila kabel dalam keadaan sibuk, maka stasiun
akan menunggu sampai kabel tersebut menjadi bebas; bila kabel dalam
keadaan bebas ,maka stasiun dengan segera akan melakukan tranmisi. Jika
dua stasiun atau lebih mengirimkan secara simultan pada sebuah kabel
yang sedang bebas, maka stasiun akan mengalami tabrakan. Semua stasiun
yang mengalami tabrakan itu akan menghentikan tranmisinya, menunggu
waktu random, dan mengulangi seluruh prosesnya lagi.
Ø kelebihan
1. Protokolnya sangat sederhana
2. Stasiun dapat dipasang dalam keadaan sistem sedang berjalan tanpa harus mematikan, sistem terlebih dahulu.
3. Standard ini menggunakan kabel pasif, dan tidak membutuhkan modem
4. Delay
pada lalulintas yang tidak padat bisa dikatakan nol karena stasiun
tidak perlu menunggu token , dan dapat secara langsung mengirimkan frame
.
Ø kekurangan
1. Sebuah
stasiun harus mampu mendeteksi signal lemah yang berasal dari stasiun
lain, bahkan ketika dirinya sendiri sedang melakukan transaksi.
2. Semua rangkaian pendeteksi semua analog .
v Ethernet
Ethernet merupakan jenis skenario perkabelan dan pemrosesan sinyal untuk data jaringan komputer yang dikembangkan oleh Robert Metcalfe dan David Boggs di Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun 1972.
Kartu Jaringan (Ethernet Card) tahun 1990an versi kombo dengan dua konektor masukan, kabel koaksial 10BASE2/konektor BNC (kiri) dan konektor RJ-45/Twisted-pair-based 10BASE-T (kanan), Versi awal Xerox Ethernet dikeluarkan pada tahun 1975 dan di desain untuk menyambungkan 100 komputer pada kecepatan 2,94 megabit per detik melalui kabel sepanjang satu kilometer. Disain tersebut menjadi sedemikian sukses di masa itu sehingga Xerox, Intel dan Digital Equipment Corporation (DEC)
mengeluarkan standar Ethernet 10Mbps yang banyak digunakan pada
jaringan komputer saat ini. Selain itu, terdapat standar Ethernet dengan
kecepatan 100Mbps yang dikenal sebagai Fast Ethernet.
Asal Ethernet bermula dari sebuah pengembangan WAN di University of Hawaii pada akhir tahun 1960 yang dikenal dengan naman "ALOHA". Universitas tersebut memiliki daerah geografis kampus
yang luas dan berkeinginan untuk menghubungkan komputer-komputer yang
tersebar di kampus tersebut menjadi sebuah jaringan komputer kampus.
Proses standardisasi teknologi Ethernet akhirnya disetujui pada tahun
1985 oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE),
dengan sebuah standar yang dikenal dengan Project 802. Standar IEEE
selanjutnya diadopsi oleh International Organization for Standardization
(ISO), sehingga menjadikannya sebuah standar internasional dan mendunia
yang ditujukan untuk membentuk jaringan komputer. Karena kesederhanaan
dan keandalannya, Ethernet pun dapat bertahan hingga saat ini, dan
bahkan menjadi arsitektur jaringan yang paling banyak digunakan.
Jenis-jenis Ethernet
Jika dilihat dari kecepatannya, Ethernet terbagi menjadi empat jenis, yakni sebagai berikut:
· 10 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Ethernet saja (standar yang digunakan: 10Base2, 10Base5, 10BaseT, 10BaseF)
· 100 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Fast Ethernet (standar yang digunakan: 100BaseFX, 100BaseT, 100BaseT4, 100BaseTX)
· 1000 Mbit/detik atau 1 Gbit/detik, yang sering disebut sebagai Gigabit Ethernet (standar yang digunakan: 1000BaseCX, 1000BaseLX, 1000BaseSX, 1000BaseT).
· 10000 Mbit/detik atau 10 Gbit/detik. Standar ini belum banyak diimplementasikan.
Kecepatan
|
Standar
|
Spesifikasi IEEE
|
Nama
|
10 Mbit/detik
|
Ethernet
| ||
100 Mbit/detik
| |||
1000 Mbit/detik
| |||
10000 Mbit/detik
|
11mm/.ll
|
Cara kerja
Spesifikasi Ethernet mendefinisikan fungsi-fungsi yang terjadi pada lapisan fisik dan lapisan data-link dalam model referensi jaringan tujuh lapis OSI, dan cara pembuatan paket data ke dalam frame sebelum ditransmisikan di atas kabel. Ethernet merupakan sebuah teknologi jaringan yang menggunakan metode transmisi Baseband yang mengirim sinyalnya secara serial 1 bit pada satu waktu. Ethernet beroperasi dalam modus half-duplex, yang berarti setiap station
dapat menerima atau mengirim data tapi tidak dapat melakukan keduanya
secara sekaligus. Fast Ethernet serta Gigabit Ethernet dapat bekerja
dalam modus full-duplex atau half-duplex.
Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection
untuk menentukan station mana yang dapat mentransmisikan data pada
waktu tertentu melalui media yang digunakan. Dalam jaringan yang
menggunakan teknologi Ethernet, setiap komputer akan "mendengar"
terlebih dahulu sebelum "berbicara", artinya mereka akan melihat kondisi
jaringan apakah tidak ada komputer lain yang sedang mentransmisikan
data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan data, maka
setiap komputer yang mau mengirimkan data dapat mencoba untuk mengambil
alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan yang
dibuat berdasrkan basis First-Come, First-Served, daripada melimpahkan kontrol sinyal kepada Master Station seperti dalam teknologi jaringan lainnya.
Jika dua station hendak mencoba untuk mentransmisikan data pada waktu yang sama, maka kemungkinan akan terjadi collision
(kolisi/tabrakan), yang akan mengakibatkan dua station tersebut
menghentikan transmisi data, sebelum akhirnya mencoba untuk
mengirimkannya lagi pada interval waktu yang acak (yang diukur dengan
satuan milidetik). Semakin banyak station dalam sebuah jaringan
Ethernet, akan mengakibatkan jumlah kolisi yang semakin besar pula dan
kinerja jaringan pun akan menjadi buruk. Kinerja Ethernet yang
seharusnya 10 Mbit/detik, jika dalam jaringan terpasang 100 node,
umumnya hanya menghasilkan kinerja yang berkisar antara 40% hingga 55%
dari bandwidth yang diharapkan (10 Mbit/detik). Salah satu cara untuk
menghadapi masalah ini adalah dengan menggunakan Switch Ethernet untuk melakukan segmentasi terhadap jaringan Ethernet ke dalam beberapa collision domain.
Frame Ethernet
Ethernet mentransmisikan data melalui kabel jaringan dalam bentuk paket-paket data yang disebut dengan Ethernet Frame. Sebuah Ethernet frame
memiliki ukuran minimum 64 byte, dan maksimum 1518 byte dengan 18 byte
di antaranya digunakan sebagai informasi mengenai alamat sumber, alamat
tujuan, protokol jaringan yang digunakan, dan beberapa informasi lainnya
yang disimpan dalam header serta trailer (footer). Dengan kata lain, maksimum jumlah data yang dapat ditransmisikan (payload) dalam satu buah frame adalah 1500 byte. Ethernet menggunakan beberapa metode untuk melakukan enkapsulasi paket data menjadi Ethernet frame, yakni sebagai berikut:
· Ethernet II (yang digunakan untuk TCP/IP)
· Ethernet 802.3 (atau dikenal sebagai Raw 802.3 dalam sistem jaringan Novell, dan digunakan untuk berkomunikasi dengan Novell NetWare versi 3.11 atau yang sebelumnya)
· Ethernet 802.2 (juga dikenal sebagai Ethernet 802.3/802.2 without Subnetwork Access Protocol, dan digunakan untuk konektivitas dengan Novell NetWare 3.12 dan selanjutnya)
· Ethernet SNAP (juga dikenal sebagai Ethernet 802.3/802.2 with SNAP, dan dibuat sebagai kompatibilitas dengan sistem Macintosh yang menjalankan TCP/IP)
Sayangnya,
setiap format frame Ethernet di atas tidak saling cocok/kompatibel satu
dengan lainnya, sehingga menyulitkan instalasi jaringan yang bersifat
heterogen. Untuk mengatasinya, lakukan konfigurasi terhadap protokol
yang digunakan via sistem operasi.
Topologi
Ethernet dapat menggunakan topologi jaringan fisik apa saja (bisa berupa topologi bus, topologi ring, topologi star atau topologi mesh) serta jenis kabel yang digunakan (bisa berupa kabel koaksial (bisa berupa Thicknet atau Thinnet), kabel tembaga (kabel UTP atau kabel STP), atau kabel serat optik). Meskipun demikian, topologi star lebih disukai. Secara logis, semua jaringan Ethernet menggunakan topologi bus, sehingga satu node akan menaruh sebuah sinyal di atas bus dan sinyal tersebut akan mengalir ke semua node lainnya yang terhubung ke bus.
4. Standar IEEE 802.4 ( token bus)
Standar IEEE 802.4 menerangkan LAN yang disebut Token bus.
Secara fisik token bus merupakan kabel linier atau berbentuk diagram
pohon tempat stasiun-stasiun dihubungkan. Secara logika, stasiun-stasiun
diorganisasi kedalam sebuah ring dimaan masing-masing stasiun mengethui
alamat stasiun lainnya yang berada di sebelah kiri dan kanannya. Bila
ring logika diinisialisasi , maka stasiun yang bernomor paling tinggi
mempunyai kesempatan pertama untuk mengirim. Setelah dilaksanakan,
stasiun tersebut memberikan kesempatan berikutnya jika stasiun
tetangganya dengan cara mengrimkan frame kontrol khusus yang disebut
token. Token berpropagasi mengelilingi Ring logic tersebut , dimana
hanya pemegang token sajalah yang diijinkan untuk mentranmisikan frame.
Karena pada suatu saat hanya terdapat sebuah stasiun saja yang memegang
token, maka tidak akan terjadi tabrakan.
Ø kelebihan
- Menggunakan peralatan telesi kabel yang memiliki realibilitas.
Ø kekurangan
- sistem broadband banyak menggunakan rekayasa analog dan melibatkan modem serta amplifier pita lebar
- protokolnya sangat rumit dan memiliki delay pada keadaan beban rendah yang panjang
- sangat tidak cocok untuk implementasi serat optik dan hanya dipakai oleh pengguna yang sedikit
5. Standard IEEE 802.5 ( token ring)
Jaringan ring telah lama dan dipakai untuk LAN maupun WAN.
Ring merupakan kumpulan link point to point indiual yang membentuk
sebuah lingkaran. Link point to point melibatkan teknologi yang sudah
dikenal baik dan terbukti dilapangan dan dapat dioperasikan pada
twisted-pair, kabel koaksial, dan serat optik. Rekayasa ring juga hampir
seluruhnya digital, sedangkan, misalnya 802.3 memiliki komponen analog
penting untuk deteksi tabrakan. Ring juga adil dan memiliki akses
saluran yang baik. Dengan alasan-alasan ini IBM memilih ring sebagai
LAN-nya dan IEEE telah memasukkan standard token ring sebagai 802.5.
** kelebihan
- Rekayasanya cukup mudah dan dapat berbentuk sepenuhnya digital
- Ring-ring dapat dibentuk dengan menggunakan tranmisi dari mulai carrier yang sederhana sampai serat optik secara virtual
6. Standard IEEE 802.6
Tidak satupun lan 802 yang kita pelajari cocok untuk
digunakan dalam MAN masalah panjang kabel dan unjuk kerja ketika ribuan
stasiun dhubungkan menyebakan sistem ini terbatas pada daerah seluas
kampus saja. Bagi jaringan yang dapat mencakup seluruh pelosok kota,IEEE
telah menentukan sebuah MAN yang disebut DQDB (DIStributed Queque dual
bus-bus ganda antrian terdistribusi), sebagai standard 802.6.
Tidak seperti protokol-protokol LAN 802 lain , 802.6 tidak
rakus. Pada protokol-protokol lainnya bila sebuah stasiun mendapatkan
sebuah kesempatan untuk mengirim, maka stasiun tersebut akan segera
melakukan tranmisi. Pada protokol ini , stasiun-stasiun membuat antrian
sear berurutan dan menjadi dalam keadaan siap kirim dan mentranmisikan
secara FIFO.
Aturan dasarnya adalah bahwa stasiun-stasiun berlaku sopan,
artinya mereka menunggu stasiun0-stasiun aliran ke bawah. Sopan santun
ini diperlukan untuk mencegah suatu situasi dimana situasi yang dekat
dengan Head-end secara langsung mengambil seluruh sel-sel yang kosong
pada saat sel-sel itu tiba dan langsung mengisinya, yang menyebabkan
stasiun aliran ke bawah akan kehabisan kesempatan.
7. Standard 802.9
IEEE 802.9 mempunyai standard kecepatan sampai 10 Mbps
saluran synchronous dengan 96 64-xBps (6 Mbps total Bandwith) dengan
saluran yang dapat digunakan saluran data yang spesifik. total
bandwith yang tetap yang digunakan 6 Mbps. Standar ini dinamakan sebagai
Isochronous Ethernet (IsoEnet), dan didesain untuk mengatur pencampuran
bursty dan time critical traffic.
8. Standar IEEE 802.11
Standar IEEE 802.11 mendefinisikan Medium Access Control (MAC) dan Physical (PHY) untuk
jaringan nirkabel. Standar tersebut menjelaskan jaringan local dimana
peralatan yang terhubung dapat saling berkomunikasi selama berada dalam
jarak yang dekat satu sama lain. Standar ini hampir sama dengan IEEE 802.3 yang mendefinisikan Ethernet, tapi ada beberapa bagian yang khusus untuk transmisi data secara nirkabel
Pada Standar 802.11 mendefinisikan tiga tipe dari physical layer seperti pada gambar diatas Frequency Hopping Spread, Spectrum (FHSS), Direct Sequence Spread Spectrum (DHSS) dan infra
merah. Infra merah jarang sekali dipakai karena jangkauannya yang
sangat dekat. Tidak semua dari keluarga 802.11 menggunakan Physical Layer yang sama dan mendapatkan kecepatan transmisi data yang sama
802.11b
paling banyak digunakan saat ini, karena cepat dan mudah
diimplemtasikan, dan tersedia banyak sekali produk yang tersedia
dipasaran. Mendukung kecepatan transmisi data sampai 11 Mbps, tetapi
jika sinyal radio melemah, maka kecepatan akan diturunkan ke 5.5 Mbps, 2
Mbps, dan 1 Mbps untuk menjamin agar komunikasi tidak terputus. 802.11b
seringkali disebut juga Wi-Fi (Wireless Fidelity) karena Wi-Fi Alliance yang
bertanggung jawab untuk penngetesan dan sertifikasi untuk dapat bekerja
dengan produk jaringan yang berdasarkan 802.11 lainnya
Arsitektur protocol 802.11
Arsitektur Media Acces Control (MAC) Protocol 802.11
WEP (Wired Equivalent Privacy)
WEP (Wired Equivalent Privacy) adalah standar keamanan pada protokol 802.11, WEP mengenkripsi paket pada layer 2 OSI yaitu MAC (Media Access Control). Hanya Wireless Client yang mempunyai kunci rahasia yang sama dapat terkoneksi dengan akses poin. Setiap Wireless Client yang
tidak mempunyai kunci rahasia dapat melihat lalu lintas data dari
jaringan, tetapi semua paket data terenkripsi. Karena ekripsi hanya pada
layer 2 (data link) maka hanya link nirkabel yang di proteksi. WEP mengenkripsi traffic data dengan menggunakan stream cipher yang disebut dengan RC4, metode enkripsinya adalah simetrik, dimana WEP menggunakan
kunci yang sama baik untuk mengenkripsi data maupun untuk mendekripsi
data. RC4 akan dibuat secara otomatis setiap paket data yang baru untuk
mencegah masalah sinkronisasi yang disebabkan oleh paket yang hilang
Jenis Serangan di Internet
- Ping of Death
Ping of Death menggunakan program utility ping yang ada di sistem operasi komputer. Biasanya ping digunakan
untuk men-cek berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan sejumlah
data tertentu dari satu komputer ke komputer lain. Panjang maksimum data
yang dapat dikirim menurut spesifikasi protokol IP adalah 65,536 byte.
Pada Ping of Death data yang dikirim melebihi maksimum paket yang di
ijinkan menurut spesifikasi protokol IP. Konsekuensinya, pada sistem
yang tidak siap akan menyebabkan sistem tersebut crash (tewas), hang
(bengong) atau reboot (booting ulang) pada saat sistem tersebut menerima
paket yang demikian panjang. Serangan ini sudah tidak baru lagi, semua
vendor sistem operasi telah memperbaiki sistem-nya untuk menangani
kiriman paket yang oversize.
- Teardrop
Teardrop
adalah teknik yang dikembangkan dengan cara mengeksplotasi proses
disassembly-reassembly paket data. Dalam jaringan Internet, seringkali
data harus di potong kecil-kecil untuk menjamin reliabilitas &
proses multiple akses jaringan. Potongan paket data ini, kadang harus
dipotong ulang menjadi lebih kecil lagi pada saat di salurkan melalui
saluran Wide Area Network (WAN) agar pada saat melalui saluran WAN yang
tidak reliable proses
pengiriman
data menjadi lebih reliable. Pada proses pemotongan data paket yang
normal setiap potongan di berikan informasi offset data yang kira-kira
berbunyi “potongan paket ini merupakan potongan 600 byte dari total 800
byte paket yang dikirim”. Program teardrop akan memanipulasi offset
potongan data sehingga akhirnya terjadi overlapping antara paket yang
diterima di bagian penerima setelah potongan-potongan paket ini di
reassembly. Seringkali, overlapping ini menimbulkan system yang crash, hang & reboot di ujung sebelah sana.
- SYN Attack
Kelemahan
dari spesifikasi TCP/IP, dia terbuka terhadap serangan paket SYN. Paket
SYN dikirimkan pada saat memulai handshake (jabat tangan) antara dia
aplikasi sebelum transaksi / pengiriman data dilakukan. Pada kondisi
normal, aplikasi klien akan mengirimkan paket TCP SYN untuk
mensinkronisasi paket pada aplikasi di server (penerima). Server
(penerima) akan mengirimkan respond berupa knowledgement paket TCP SYN
ACK. Setelah paket TCP SYN ACK di terima dengan baik oleh klien
(pengirim), maka klien (pengirim) akan mengirimkan paket ACK sebagai
tanda transaksi pengiriman / penerimaan data akan di mulai. Dalam
serangan SYN flood (banjir paket SYN), klien akan membanjiri server
dengan banyak paket TCP SYN. Setiap paket TCP SYN yang dikirim akan
menyebabkan server menjawab dengan paket TCP SYN ACK. Server (penerima)
akan terus mencatat (membuat antrian backlog) untuk menunggu responds
TCP ACK dari klien yang mengirimkan paket TCP SYN.
Tempat
antrian backlog ini tentunya terbatas & biasanya kecil di memori.
Pada saat antrian backlog ini penuh, sistem tidak akan merespond paket
TCP SYN lain yang masuk dalam bahasa sederhana-nya sistem tampak bengong
/ hang. Sialnya paket TCP SYN ACK yang masuk antrian backlog hanya akan
dibuang dari backlog pada saat terjadi time out dari timer TCP yang
menandakan tidak ada responds dari klien pengirim. Biasanya internal
timer TCP ini di set cukup lama. Kunci SYN attack adalah dengan
membanjiri server dengan paket TCP SYN menggunakan alamat IP sumber
(source) yang kacau. Akibatnya, karena alamat IP sumber (source)
tersebut tidak ada, jelas tidak akan ada TCP ACK yang akan di kirim
sebagai responds dari responds paket TCP SYN ACK.
Dengan
cara ini, server akan tampak seperti bengong & tidak memproses
responds dalam waktu yang lama. Berbagai vendor komputer sekarang telah
menambahkan pertahanan untuk SYN attack & juga programmer firewall
juga menjamin bahwa firewall mereka tidak mengirimkan packet dengan
alamat IP sumber (source) yang kacau.
- Land Attack
Pada
Land attack gabungan sederhana dari SYN attack, hacker membanjiri
jaringan dengan paket TCP SYN dengan alamat IP sumber dari sistem yang
di serang. Biarpun dengan perbaikan SYN attack di atas, Land attack
ternyata menimbulkan masalah pada beberapa sistem. Serangan jenis
inirelatif baru, beberapa vendor sistem operasi telah menyediakan
perbaikannya. Cara lain untuk mempertahankan jaringan dari serangan Land
attack ini adalah dengan memfilter pada software firewall anda dari
semua paket yang masuk dari alamat IP yang diketahui tidak baik. Paket
yang dikirim dari internal sistem anda biasanya tidak baik, oleh karena
itu ada baiknya di filter alamat 10.0.0.0-10.255.255.255,
127.0.0.0-127.255.255.255, 172.16.0.0-172.31.255.255, dan
192.168.0.0-192.168.255.255.
- Smurf Attack
Smurf Attack jauh lebih menyeramkan dari serangan Smurf di cerita kartun. Smurf attack adalah serangan secara paksa pada fitur spesifikasi IP yang dikenal sebagai direct broadcast addressing. Seorang
Smurf hacker biasanya membanjiri router kita dengan paket permintaan
echo Internet Control. Message Protocol (ICMP) yang kita kenal sebagai
aplikasi ping. Karena alamat IP tujuan pada paket yang dikirim adalah
alamat broadcast dari jaringan anda, maka router akan mengirimkan
permintaan ICMP echo ini ke semua mesin yang ada di jaringan. Kalau ada
banyak host di jaringan, maka akan terhadi trafik ICMP echo respons
& permintaan dalam jumlah yang sangat besar. Lebih sial lagi jika si
hacker ini memilih untuk men-spoof alamat IP sumber permintaan ICMP
tersebut, akibatnya ICMP trafik tidak hanya akan memacetkan jaringan
komputer perantara saja, tapi jaringan yang alamat IP-nya di-spoof, jaringan ini di kenal sebagai jaringan korban (victim).
Untuk
menjaga agar jaringan kita tidak menjadi perantara bagi serangan Smurf
ini, maka broadcast addressing harus di matikan di router kecuali jika
kita sangat membutuhkannya untuk keperluan multicast, yang saat ini
belum 100% di definikan. Alternatif lain, dengan cara memfilter
permohonan ICMP echo pada firewall. Untuk menghindari agar jaringan kita
tidak menjadi korban Smurf attack, ada baiknya kita mempunyai upstream
firewall (di hulu) yang di set untuk memfilter ICMP echo atau membatasi
trafik echo agar presentasinya kecil dibandingkan trafik jaringan secara
keseluruhan.
- UDP Flood
UDP Flood pada
dasarnya mengkaitkan dua (2) sistem tanpa disadarinya. Dengan cara
spoofing, User Datagram Protocol (UDP) flood attack akan menempel pada
servis UDP chargen di salah satu mesin, yang untuk keperluan “percobaan”
akan mengirimkan sekelompok karakter ke mesin lain, yang di program
untuk meng-echo setiap kiriman karakter yang di terima melalui servis
chargen. Karena paket UDP tersebut di spoofing antara ke dua mesin
tersebut, maka yang terjadi adalah banjir tanpa henti kiriman karakter
yang tidak berguna antara ke dua mesin tersebut. Untuk menanggulangi UDP
flood, anda dapat men-disable semua servis UDP di semua mesin di
jaringan, atau yang lebih mudah memfilter pada firewall semua servis UDP
yang masuk. Karena UDP dirancang untuk diagnostik internal, maka masih
aman jika menolak semua paket UDP dari Internet. Tapi jika kita
menghilangkan semua trafik UDP, maka beberapa aplikasi yang betul
seperti RealAudio, yang menggunakan UDP sebagai mekanisme transportasi,
tidak akan jalan.
Hingga
saat ini standar 802.11 masih terus dikembangkan oleh IEEE, mereka
membentuk kelompok-kelompok kerja yang masing-masing memiliki tujuan
tersendiri dalam mengembangkan berbagai aspek dari teknologi ini,
grup-grup ini dinamai berdasarkan dengan abjad yang ada dibelakang,
contohnya 802.11x.
- Berbagai jenis standar 802.11 ini:
a. 802.11 (Tahun 1997)
Standar
ini merupakan generasi pertama dari teknologi Wireless LAN yang
bertujuan untuk mengembangkan spesifikasi Medium Access Control (MAC)
dan Physical Layer (PHY) untuk hubungan nirkabel bagi terminal tetap,
portabel, dan bergerak dalam lokal area. Bekerja pada frekuensi 2.4 GHz,
menspesifikasikan tiga macam physical layer yaitu:
a. Frequency Hopping Spreadü Spectrum (FHSS)
b. Direct Sequence Spreadü Spectrum (DSSS)
c. Infra Merah/Infra Red (IR)ü
802.11 memiliki dua kecepatan 1 Mbps, menggunakan modulasi Differential Binary·transmisi yaitu: Phase Shift Keying (DBPSK). 2 Mbps, menggunakan modulasi Differential Quadrature Phase Shift Keying (DQPSK).
b. 802.11a (Tahun 1999)
Standar
ini mengunakan pita frekuensi baru untuk jaringan Wireless LAN dengan
peningkatan kecepatan transfer data hingga 54 Mbps dengan digunakannya
teknik modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM).
Standar 802.11a ini menggunakan pita gelombang Unlicensed National
Information Infrastructure (UNII) yang mulai banyak digunakan di
berbagai bidang teknologi nirkabel, pita ini dibagi menjadi tiga bagian
yang berbeda yaitu: UNII-1 dengan frekuensi pada 5.2 GHz. UNII-2 dengan
frekuensi pada 5.7 GHz. UNII-3 dengan frekuensi pada 5.8 GHz.
802.11a
sering dianggap sebagai pendahulu 802.11b, ini merupakan salah
pengertian karena sebenarnya 802.11b merupakan generasi kedua dan
802.11a merupakan generasi ketiga, 802.11a sendiri masih menggunakan MAC
yang sama seperti pada 802.11 maupun 802.11b sedangkan perbedaan hanya
terdapat pada physical layer-nya saja.
c. 802.11b (Tahun 1999)
Standar
ini masih bekerja pada frekuensi 2.4 GHz seperti 802.11 namun
memberikan peningkatan kecepatan transfer 5.5 Mbps dan 11 Mbps, ini
dimungkinkan dengan penggunaan teknik modulasi Complementary Code Keying
(CCK), standar ini hanya menspesifikasikan penggunaan DSSS saja, karena
FHSS dan infra merah tidak mampu memenuhi tuntutan kecepatan untuk masa
depan. Standar ini disebut juga 802.11 High Rate (HR).
d. 802.11c (Tahun 1998)
Grup
kerja ini menambahkan dukungan terhadap layanan sublayer internal
(Internal Sublayer Service) pada prosedur MAC untuk dapat menjembatani
operasi antar MACMAC 802.11.
e. 802.11d (Tahun 2001)
Penambahan
grup ini akan bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan layer physical
seperti pengaturan kanal, pola loncatan sinyal, pemberian atribut pada
MIB (Management Information Base), dan berbagai kebutuhan lainnya untuk
menyesuaikan operasi Wireless LAN pada negara-negara yang berbeda
f. 802.11e
Grup
kerja ini bertugas meningkatkan kualitas 802.11 (baik a, b, maupun g)
agar menyamai kualitas layanan dari ethernet, menambahkan Class of
Service dan mengefisienkan protokol yang akan mendongkrak kecepatan
total dari sistem dalam menangani aplikasi seperti audio, video,
multimedia streaming melalui jaringan nirkabel.
g. 802.11f
Grup
kerja ini bekerja untuk menyamakan aturan-aturan yang digunakan untuk
Inter-Access Point Protocol (IAPP) yaitu agar berbagai access point dari
vendor yang berbeda dapat bekerja sama pada sistem nirkabel
terdistribusi yang mendukung 802.11, sehingga terminal-terminal yang
menggunakan adapter Wireless LAN dapat melakukan roaming antar access
point.
h. 802.11g
Standar
802.11g atau yang juga disebut dengan 802.11b extended meningkatkan
kecepatan transfer data hingga 54 Mbps pada pita gelombang 2.4 GHz. Pada
awalnya terdapat perbedaan pendapat tentang teknik modulasi yang akan
digunakan oleh standar ini, namun akhirnya diputuskan penggunaan teknik
modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan
alternatif penggunaan modulasi Packet Binary Convolution Coding (PBCC).
i. 802.11h
Grup
kerja ini mengembangkan standar untuk penggunaan tenaga baterai dan
daya transmisi sinyal radio, juga pemilihan kanal komunikasi yang
dinamis. Dibentuknya kelompok kerja ini disebabkan oleh kebutuhan umur
pemakaian baterai yang lebih lama dan adanya peraturan Equivalent
Isotropically Radiated Power (EIRP) di setiap negara.
j. 802.11i
Kelompok
kerja ini difokuskan untuk mengembangkan protokol keamanan data dan
otentikasi pengguna dari seluruh standar 802.11. Standar keamanan
802.11ib adalah Wired Equivalent Privacy (WEP) yang merupakan teknik
enkripsi data menggunakan algoritma RC4 dengan panjang kunci 64 atau 128
bit. Algoritma ini telah diketahui memiliki kelemahan yang memungkinkan
jaringan untuk disadap dan diserang.
k. 802.11j
Kelompok
kerja ini menstandarisasi penggunaan frekuensi 5 GHz untuk berbagai
teknologi jaringan nirkabel seperti IEEE, ETSI Hyperlan2, ARIB, HiSWANa.
Dari berbagai jenis pengembangan standar IEEE 802.11 yang ada diatas,
terdapat empat standar utama yang lebih atau akan populer yaitu 802.11,
802.11b, 802.11a, dan 802.11g.
Standar
802.11a memiliki performa lebih baik dan dapat memenuhi kebutuhan
bandwidth di masa mendatang, namun 802.11a juga memiliki beberapa
kekurangan bila dibandingkan dengan 802.11b, karena menggunakan
frekuensi yang lebih tinggi membuat jangkauan jaraknya relatif lebih
pendek yaitu sekitar 50 meter dibandingkan dengan 100 meter pada
802.11b, gelombang 5 GHz juga relatif lebih sulit menembus benda-benda
padat. Kekurangan yang lain dari standar 802.11 ini yaitu karena 802.11b
dan 802.11a menggunakan teknik radio dan modulasi yang berbeda maka
keduanya tidak dapat saling berkomunikasi. Karena itu IEEE membentuk
grup kerja IEEE 802.11g yang bekerja untuk meningkatkan kecepatan
transfer data pada frekuensi 2.4 GHz hingga 54 Mbps sehingga memiliki
transfer data setara dengan 802.11a namun tidak memiliki kekurangan
dalam masalah jarak jangkauan, serta masih kompatibel dengan peralatan
yang menggunakan standar 802.11b.
9. Standard IEEE 802.12
IEEE 802.12 yang mempunyai kesempatan 100 MB persekon sesuai
dengan proposal yang dipromosikan oleh AT&T, IBM, Hewlett-Packard
yang biasa disebut 100 Mg anylan. Jaringan ini menggunakan topologi
dasar star wiring dan sebuah metode akses yang mempunyai anggapan dasar
bahwa sebuah alat memberikan pada jaringan Hub ketika mereka membutuhkan
pengiriman data. Alat ini bisa mengirimkan data jika mendapat ijin dari
Hub . Standar ini dipakai untuk mendukung jaringan berkecepatan tinggi
yang bisa dioperasikan dalam gabungan ethernet dan lingkungan token ring
dengan mendukung kedua buah jenis frame.
10. IEEE 1900
Awal
Februari ini, IEEE Standard Association telah mengesahkan standar
wireless IEEE 1900.4™, yaitu “Standard for Architectural Building Blocks
Enabling Network-Device Distributed Decision Making for Optimized Radio
Resource Usage in Heterogeneous Wireless Access Networks.” Standar ini
menata pengelolaan resource pada blok-blok network dan perangkat
wireless, serta informasi antar blok. paul Houzé, Ketua Kelompok Kerja
IEEE 1900.4 melontarkan bahwa pada konteks network wireless ke depan,
berbagai jenis akses radio (2G, 3G, B3G, Wireless LAN, dll) harus
berjalan berdampingan (koeksistensi). Akibatnya diperlukan pengelolaan
sumberdaya terkoordinasi lintas teknologi.
Standard
IEEE 1900.4 merupakan bagian dari keluarga IEEE 1900 yang berisi
berbagai dukungan untuk cognitive radio (CR), dynamic spectrum access
(DSA), dan koeksistensi. Cognitive radio (CR) sering didefinisikan
sebagai software-defined radio (SDR), yaitu saat perangkat radio mampu
secara cerdas menentukan kebutuhan dan memilih sumberdaya radionya
sesuai konteks. Sebelumnya, standard semacam WiFi (802.11), Zigbee
(802.15.4), serta WiMAX (802.16) telah dilengkapi dengan level teknologi
CR tertentu. Namun standard 802.22 akan menjadi standard internasional
berbasis CR pertama. CR akan berkait erat dengan akses spektrum yang
bersifat dinamis (DSA). Namun yang menarik tentu keterkaitan antara CR
dan koeksistensi: pemilihan sumberdaya yang menentukan jenis akses radio
sebuah komunikasi.
Kelompok kerja yang berfokus pada Dynamic Spectrum Access Networks (DSA) ini disebut IEEE Standards Coordinating Committee 41 (SCC41).
Komite inilah yang mengerjakan standard IEEE 1900. Beberapa bagian dari
standard itu adalah: IEEE 1900.1 menyusun konsep next generation radio
systems dan spectrum management. IEEE 1900.2 merekomendasikan praktek
koeksistensi dan interferensi. IEEE 1900.3 (target Feb 2011)
mengevaluasi sistem radio dengan DSA. IEEE 1900.4 menyusun arsitektur
sistem yang memungkinkan optimasi sumberdaya radio dalam jaringan
heterogen. Kumpulan standard ini (lihat gambar) akan memungkinkan
pengelolaan spektrum bersama antara jaringan yang paham CR dan yang
belum paham CR.
Network
reconfiguration management (NRM) berkomunikasi dengan terminal radio
management (TRM) membentuk interoperabilitas antara jaringan2 radio
tanpa infrastruktur. Perangkat yang komplian pada 1900.4 memungkinkan
rekonfigurasi network dan terminal yang berikutnya memungkinkan
pemindahan yang seharusnya tak terasa (seamless).
Direncanakan
akan ada 1900.5 yang membahas bahasa policy, dan 1900.6 untuk RF
sensing. Standar lain yang juga akan sudah mengadopsi soal CR, DSA, dan
koeksistensi adalah 802.22 (Sep 2009), 802.19, 802.16h, 802.16m (atau
disebut juga WiMAX II atau WiMAX next generation, Des 2009), serta
802.11y (Des 2009).
Mengenal Teknologi 4G dan IP Multimedia Subsystem
Jaringan
akses generasi ke-3 (3G) seperti WCDMA dan cdma2000 memiliki struktur
jaringan yang kompleks dan perlu melibatkan banyak protokol untuk
meng-cover seluruh sistemnya. Oleh sebab itu, jaringan akses generasi
ke-4 (4G) diharapkan memiliki struktur yang lebih sederhana yang
seluruhnya berbasis pada internet protocol (all-IP). Dengan berbasis pada IP, seluruh lalu lintas paket dalam jaringan akses dan jaringan backbone adalah seragam, tanpa perlu mengkonversikan satu protokol ke protokol lainnya.
Sebagian besar jaringan 3G pada dasarnya dibangun di atas jaringan selular circuit-switched, dimana mereka memiliki gerbang (gateways) sendiri untuk menterjemahkan paket-paket IP dari jaringan backbone. Jaringan 3G juga mempunyai protokol dan interface sendiri-sendiri dalam berkomunikasi sesamanya. Ini menjadi masalah tersendiri dalam hal interoperability. Oleh sebab itu, untuk mengatasi berbagai masalah ini, jaringan 4G dirancang sebagai sebuah jaringan all-IP yang berbasis packet switched seperti halnya jaringan backbone berbasis IP seperti intranet (LAN, WLAN) dan internet.
Dalam rancangan pengembangannya, jaringan 4G mempunyai 2 visi yang berbeda. Pertama adalah jaringan 4G yang Revolusioner (4G-R), dimana dikembangkan sebuah sistem yang inovatif. Yang kedua adalah yang bervisi Evolusioner (4G-E), dimana jaringan 4G disini mempunyai kemampuan interworking dengan sistem-sistem jaringan yang telah ada. Model interworking akan mengintegrasikan jaringan-jaringan selular, jaringan nirkabel metropolitan (wireless metropolitan area networks - WMANs), jaringan nirkabel lokal (local wireless local area networks -WLANs), dan jaringan nirkable personal (wireless personal area networks - WPANs). Model interworking ini meng-cover skenario jaringan masa depan yang terintegrasi dimana setiap orang dapat mengakses jaringan kapan saja (anytime), dari mana saja (anywhere), dan dengan cara apa saja (anyway).
4G-R
WLAN IEEE 802.11 adalah sistem yang telah mencapai throughput
sampai dengan 54Mbps akan tetapi masih terbatas pada area layanan yang
hanya mencapai beberapa ratus meter saja (200 – 300 meter). Dilain
pihak, jaringan selular saat ini (seperti cdma2000 1x EV-DO) dapat
mengcover layanan sejauh beberapa kilometer, akan tetapi throughput
sel nya hanya mencapai 2Mbps. Berdasarkan hal ini, adalah sangat
esensial untuk mengembangkan sistem yang inovatif yang memiliki
throughput yang tinggi dan jangkauan layanan yang lebar.
Sistem baru 4G yang inovatif ini menggunakan teknik-teknik yang berbeda dari pendahulunya, seperti penggunaan orthogonal frequency division multiplexing/multiple access (OFDM/OFDMA) dan antenna dengan sistem multiple input multiple output (MIMO). Untuk mendukung berbagai kondisi, seperti mobilitas pengguna, baik yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mobile) atau pun yang berkecepatan rendah (nomadic), jenis trafik (data atau suara), atau batasan cakupan (cellcentre/boundary), maka dikembangkanlah teknik-teknik yang mengkombinasikan beberapa akses jamak (hybrid multiple access).
Kandidat teknologi 4G-R yang paling kuat adalah teknologi jaringan yang berbasis pada standard IEEE 802.16 dan ETSI/HIPERMAN,
yang dikenal dengan jaringan WiMAX. Standar jaringan ini terus
dikembangkan, dari yang paling awal 802.16 yang hanya mendukung topologi
akses point-to-multipoint line of sight (PMP - LOS), 802.16d yang mendukung topologi mesh non line of sight
(mesh-NLOS), 802.16e yang mendukung mobilitas, hingga yang terakhir
yang masih berjalan, 802.16j yang mendukung relay bergerak multi hop (multihop mobile relay-MMR) dan 802.16m advance air interface yang memungkinkan rate data 100Mb/s untuk aplikasi bergerak (mobile application) dan 1Gb/s untuk aplikasi tetap (fixed application) sesuai dengan persyaratan IMT-Advanced. Pengembangan jaringan 4G inovatif ini, terutama dalam lapisan Medium Acces Control (MAC layer – L2) dan lapisan fisik (PHY layer – L1).
4G-E
Berbeda dengan teknologi 4G-R, teknologi yang di usung oleh 4G-E merupakan pengembangan teknologi berbasis 3G – Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) yang telah diimplementasikan oleh the Third Generation Partnership Project (3GPP) dan dikenal dengan nama 3GPP Long Term Evolution (LTE). LTE diperkenalkan sebagai standard 3GPP Release 8. Pada awalnya pengembangannya, LTE dinyatakan sebagai bentuk peningkatan teknologi 3G atau pre-4G karena hanya merupakan pengembangan dari UMTS. Selain itu dengan spesifikasi peak rates 100 Mbps untuk downlink dan 50 Mbps untuk uplink, LTE jelas tidak memenuhi kriteri teknologi 4G yang ditetapkan ITU-IMT Advanced.
Menyikapi
hal tersebut, dalam workshop yang diadakan di China bulan April 2008,
3GPP/3GPP2 berkomitmen untuk meningkatkan spesifikasi LTE untuk memenuhi
kriteria 4G. Peningkatan spesifikasi ini dikenal dengan LTE-Advanced (LTE-A). Selain memenuhi peak rates 1 Gbps, peningkatan spesifikasi juga dilakukan pada elemen Radio Access Network (RAN) dan Radio Access Control (RAC) untuk meningkatkan performance jaringan. Standard resmi LTE-A ditetapkan dalam 3GPP Release 10, dan diharapkan akan diluncurkan pada kuartal ketiga 2010.
Sementara standard air interface untuk teknologi 4G-R masih terus dalam pengembangan, demikian juga halnya untuk standard compliances dan conformances melalui WiMAX forum. Dilain pihak peluang 4G-E sangat terbuka untuk dipasarkan, terutama oleh operator incumbent, melalui pre-4G LTE atau paling tidak dengan mengimplementasikan standard 3GPP Release 5 dan Release 6 yang dikenal dengan nama IP Multimedia Subystem (IMS).
IMS
Standard IP-Media Subsystem (IMS)
dapat menjembatani sekaligus mengkonvergensikan berbagai teknologi
jaringan, sehingga operator incumbent dengan teknologi GSM/GPRS/EDGE,
UMTS/3G, maupun tradisional PSTN dapat untuk bermigrasi dan memberikan
layanan 4G dengan interoperability antar sistem yang terjamin.
Arsitektur umum IMS dapat dilihat pada gambar berikut.
Arsitektur IMS dengan Interoperability Antar Sistem (sumber: TEKELEC)
IP
Multimedia Subsystem (IMS) adalah sebuah framework baru di bidang
telekomunikasi. Pada awalnya IMS dispesifikasikan untuk jaringan
bergerak, untuk mendukung layanan telekomunikasi berbasis IP. IMS
diperkenalkan pertama kali oleh 3GPP melalui dua fase pengembangan
(release 5 dan release 6) untuk jaringan UMTS. Dilain pihak sebuah
framework IP multimedia lain juga diluncurkan oleh 3GPP2 sebagai the Multi Media Domain
(MMD) untuk jaringan 3G CDMA2000. Pada akhirnya framework ini
diharmonisasikan (bukan digabungkan lho) dengan IMS, menjadi apa yang
berlaku saat ini. Standard IP Multimedia Subsystem (IMS) ini
mendefinisikan sebuah arsitektur dasar jaringan yang mendukung Voice
over IP (VoIP) dan layanan-layanan multimedia lainnya. Selanjutnya
standard IMS dari 3GPP/3GPP2 ini diadopsi sepenuhnya oleh badan
standard ETSI menjadi ETSI/TISPAN.
Dari sini dapat kita lihat, bagaimana 2 badan standard telekomunikasi yang paling berpengaruh di dunia saling berkompetisi untuk pengembangan teknologi 4G. IEEE pada 4G-R di satu pihak dan ETSI pada 4G-E di pihak lainnya.
Dari sini dapat kita lihat, bagaimana 2 badan standard telekomunikasi yang paling berpengaruh di dunia saling berkompetisi untuk pengembangan teknologi 4G. IEEE pada 4G-R di satu pihak dan ETSI pada 4G-E di pihak lainnya.
Dari sisi pengguna, IMS memungkinkan layanan komunikasi person-to-person dan person-to-content
dengan berbagai mode komunikasi, meliputi suara, teks, gambar dan
video, atau kombinasinya, dengan cara yang sangat personal dan
terkontrol.
Dari sisi operator, IMS memberikan satu kemajuan penting pada konsep arsitektur layering dengan mendefinisikan sebuah arsitektur horizontal, dimana service enablers dan common functions dapat di gunakan ulang untuk berbagai aplikasi. Ini sebuah terobosan yang luar biasa pada konsep layering untuk komunikasi data. Arsitektur horizontal dalam IMS juga menspesifikasikan interoperability dan kemampuan roaming, selain itu juga menyediakan bearer control, pentarifan (charging) dan keamanan (security). Dan yang paling utama, ia dapat diintegrasikan dengan jaringan suara dan data eksisting dengan mengadopsi berbagai keuntungan dari domain IT.
Dengan kemampuan yang ditawarkannya, IMS menjadi jembatan untuk konvergensi jaringan bergerak dan jaringan tak bergerak (fixed-mobile convergence – FMC). Dengan alasan inilah IMS dapat menjadi solusi bagi operator jaringan bergerak maupun tak bergerak untuk mengembangkan bisnis multimedianya dan menyajikan layanan bernilai tambah (value added services – VAS). Integrasi dari berbagai media yang berbeda membuka peluang untuk menyediakan layanan komunikasi yang lebih kaya dari pada layanan yang telah tersedia saat ini.
Dari sisi operator, IMS memberikan satu kemajuan penting pada konsep arsitektur layering dengan mendefinisikan sebuah arsitektur horizontal, dimana service enablers dan common functions dapat di gunakan ulang untuk berbagai aplikasi. Ini sebuah terobosan yang luar biasa pada konsep layering untuk komunikasi data. Arsitektur horizontal dalam IMS juga menspesifikasikan interoperability dan kemampuan roaming, selain itu juga menyediakan bearer control, pentarifan (charging) dan keamanan (security). Dan yang paling utama, ia dapat diintegrasikan dengan jaringan suara dan data eksisting dengan mengadopsi berbagai keuntungan dari domain IT.
Dengan kemampuan yang ditawarkannya, IMS menjadi jembatan untuk konvergensi jaringan bergerak dan jaringan tak bergerak (fixed-mobile convergence – FMC). Dengan alasan inilah IMS dapat menjadi solusi bagi operator jaringan bergerak maupun tak bergerak untuk mengembangkan bisnis multimedianya dan menyajikan layanan bernilai tambah (value added services – VAS). Integrasi dari berbagai media yang berbeda membuka peluang untuk menyediakan layanan komunikasi yang lebih kaya dari pada layanan yang telah tersedia saat ini.
Meskipun
mereduksi penggunaan jaringan circuit switched bukanlah tujuan IMS,
dengan mungkinnya layanan suara lewat packet switched, banyak fihak yang
meramalkan bahwa tereduksinya layanan circuit switched tinggal menunggu
waktu saja. Akan tetapi dengan kemampuan interworking dengan jaringan
circuit switched PSTN dan PLMN, setidaknya ini memperpanjang umur
jaringan circuit switched.
Dengan
perangkat-perangkat yang sepenuhnya berbasis software, menjadikan
peluang besar sekaligus tantangan bagi kita untuk mengembangkan IMS
sebagai salah satu produk telekomunikasi nasional.
Posting Komentar untuk " LAPISAN DATA LINK"